Monday 30 December 2013

'Serangan Balik' oleh Mainan Made In Indonesia



Nilai perdagangan Indonesia secara keseluruhan tidak menggembirakan. Kenapa? karena neraca nilai impor yang lebih tinggi dari neraca nilai ekspor. Seakan sudah kalah akan bentuk inovasi, bangsa ini dimabukkan oleh cara instan, impor. Tapi di tengah serbuan impor produk murah dari China dan negara lainnya, industri mainan anak produksi dalam negeri masih mampu unjuk gigi. Kementerian Perdagangan (Kemendag) memperkirakan nilai ekspor mainan lokal tahun ini bakal menembus angka US$ 90 juta setara Rp 1,02 triliun.

"Satu tahun ini diperkirakan meningkat dibanding tahun 2012, yaitu mencapai US$ 90 juta," ujar Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi di Gedung Kemendag, Jakarta.

Selama ini, produsen mainan lokal mendominasi aktivitas perdagangan dalam negeri untuk menjual produknya. Porsi penjualan produk mainan lokal ke pasar luar negeri mencapai 20-30% dari kapasitas produksi perusahaan.

"Jadi memang akan lebih banyak yang dijual didalam negeri saja," lanjutnya.

Tak seperti industri Migas yang banyak menggerus neraca ekspor-impor Indonesia, produk mainan Indonesia justru memberikan surplus perdagangan bagi perekonomian nasional. Kemendag melaporkan nilai impor produk mainan mencapai US$ 70 juta-75 juta, atau lebih rendah dari aktivitas ekspor. Sehingga, neraca perdagangan produk mainan mengalami surplus sekitar US$ 15 juta.

Selama ini, Indonesia memang kebanjiran produk mainan impor dari China. Tak kurang dari 95% produk mainan yang digunakan anak-anak di tanah air berasal dari China. Sayangnya, sebagian besar mainan tersebut memiliki kualitas yang belum terjamin. "Ini yang 90%-nya yang berasal dari plastik," ungkap Bayu.

Yuk gabung dengan komunitas cinta produk Indonesia dengan follow twitter kami @minesiastore


Thursday 26 December 2013

Lampu Aromatherapy Hasilkan Puluhan Juta Per Bulan




Ide untuk memulai suatu usaha memang beragam. Ide bisa datang seketika dalam keadaan mendesak dan menjadi bernilai jika direalisasikan dengan perencanaan yang matang. Siapa sangka, berawal dari situasi duka, Toyo mendapat ide membuat lampu aromatherapy. Walhasil, dia yang hanya lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan Teknik Mesin ini, mampu menghasilkan puluhan juta rupiah per bulan.

Saat itu, ibu mertua Toyo meninggal dunia akibat stroke di usia yang relatif muda, yakni 43 tahun. Kepergian ibu mertuanya pada tahun 2012 itu, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga. “Kebetulan di rumah ada bekas pecahan kaca dari akuarium yang berserakan. Nah dari situlah saya membuat lampu aromatherapy ini. Supaya tenang dan rileks bila mencium aromatherapy," ungkap bapak dua anak ini.

Namun, dia tidak berpuas diri. Setelah berhasil merealisasikan idenya tersebut, Toyo terus mengembangkannya bersama istri. Hasilnya dia menjajakan kepada guru-guru di Sekolah Luar Biasa (SLB)di daerah Yogyakarta. Gayung bersambut, dia langsung kebanjiran order.

"Begitu ada pesanan 80 pieces, bingung kita. Tapi akhirnya saya kerjakan siang malam selama tiga minggu bersama istri saya. Jujur saya bingung, padahal saya saat itu hanya uji coba saja," katanya.

Toyo mengatakan, modal awal membuat lampu aromatherapy hanya Rp100 ribu. Dana itu untuk membeli kabel, lampu kecil dan peralatan lainnya. "Dan untuk bahan bakunya kita minta ke teman-teman," Toyo mengisahkan. Untuk harga jual, dibanderol Rp140 ribu per unit. Namun apabila pembeli memesan dua lampu mendapat diskon menjadi Rp250 ribu dan bonus dua essential aromatherapy secara gratis.

"Harga lampu pertama saya jual Rp38 ribu menjadi Rp45 ribu terus Rp52 ribu, Rp57 ribu, jadi Rp60 ribu lalu jadi lagi Rp67 ribu terus sampai sekarang di angka Rp140 ribu per lampu," jelasnya.

Kini setelah berkembang, usahanya yang dinamai Titoy Jaya Production (TJP) ini telah memiliki tiga pegawai dan empat orang freelance untuk memasangkan kabelnya. Karena hanya tiga pegawai, diakuinya jumlah produksi lampu aromatherapynya masih terbatas. Toyo merinci, untuk pengerjaan satu lampu bisa menghabiskan empat jam, dalam satu hari bisa 30 lampu. Saat ini, Toyo memiliki 24 motif lampu dengan 18 varian aroma.

"Kita enggak pernah bikin ready stcok, dulu kita pernah ada ready stock. Tapi karena ada reseller, kami punya tiga reseller hampir setiap hari ada pemesanan masuk dari sana," tambahnya.

Dia mengakui, bisa hasilkan Rp20 juta per bulan. Dana itu belum dikurangi gaji tiga orang pegawai mencapai Rp3 juta per bulan dan lainnya. “Alhmdulillah ya dari hasil ini saya bisa menyatuni anak yatim piatu, fakir miskin setiap bulannya berjumlah 28 orang," jelasnya.

Untuk melebarkan bisnis usahanya, dia mengikuti sejumlah pameran. Namun baru dua kali, yakni di Bali dan Jakarta. “Waktu di Bali, hari pertama langsung terjual abis 100 pieces. Dan pameran kali ini saya membawa 120 pieces sudah terjual 60 pieces. Target saya dua hari sudah habis. Ini saya kalau ikut pameran, pengerjaannya hanya sedikit juga karena lampu ini juga berat, saya melihat faktor perjalanannya karena ini saya bawa sendiri. Satu lampu bisa 1,5 kg," paparnya, saat dijumpai di Pameran Industri Kreatif Yogyakarta, di Kementerian Perindustrian.

Untuk ke depannya, Toyo mengharapkan dapat dana hibah dari Pemerintah agar usahanya dapat berkembang secara luas, karena saat ini pengerjaannya masih cara home made belum pakai mesin.

Toyo mengatakan, produksi lampu aromatherapy ini merupakan produk unggulan karena memang produk yang sangat diminati masyarakat. Sebenarnya, lanjut dia, TJP juga menjual produk lainnya seperti lampu hias, vas bunga, namun lampu aromatherapy inilah yang menjadi andalan.

“Pemakaiannya mudah, lampu dinyalakan lalu essentialnya dituangkan ke dalam wadah di atas lampu. Jadi selain bisa untuk penerangan, juga bisa mengharumkan ruangan. Satu essential bisa dipakai lima kali, dan untuk pemakaiannya juga dicampur air sesuai takaran. Untuk lampunya menggunakan 20 watt, bisa diganti juga 10 watt. Kita pakai 20 watt karena agar lebih cepat pembakaran essentialnya di atas wadah," tutupnya


Monday 16 December 2013

Obat Jantung Coroner Ditemukan di Indonesia



Keanekaragaman di Indonesia merupakan rahmat, bukan hanya sebagai pajangan dengan mengatasnamakan keindahan namun juga membentang berbagai jenis penyembuhan melalui sisi tradisionalnya. Obat tradisional yang belum digali secara luas, namun tidak bagi tim mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Jurusan Teknologi Pangan (FTP) Universitas Katolik Widya Mandala (WM) Surabaya yang menemukan pisang mentah memiliki kandungan `pati tahan cerna` yang bermanfaat untuk diet, membantu penderita autis, dan mencegah jantung koroner.

"Caranya, pisang mentah harus diolah menjadi tepung pisang, maka tepung pisang akan memiliki kandungan `pati tahan cerna` dan bersifat bebas gluten," kata anggota tim mahasiswa WM, William Kusnanto.

Didampingi dua rekannya, Christian Liguori dan Witny Widjaja, ia mengatakan kandungan `pati tahan cerna itu baik dikonsumsi oleh mereka yang sedang melakukan diet atau penderita autisme yang harus mengonsumsi makanan bebas gluten.

"Pati tahan cerna adalah pati yang tidak tercerna oleh enzim tubuh dan kemudian tersimpan di usus besar. Pati tahan cerna ini baik bagi orang-orang yang sedang melakukan diet, baik demi kesehatan maupun penampilan," katanya.

Seperti halnya sayur dan buah-buahan yang menghasilkan serat, pati tahan cerna ini akan difermentasikan oleh bakteri di dalam usus besar dan menghasilkan senyawa asam propionat yang baik bagi tubuh dan berfungsi sebagai pencegah kanker.

"Cara kerjanya seperti obat penurun kolesterol, sehingga pisang mentah dalam bentuk tepung itu akan dapat mencegah terjadinya jantung koroner," papar Christian menambahkan.

Sementara itu, Witny menambahkan karya ilmiah mereka memaparkan tentang bagaimana mencegah penyakit jantung koroner dengan mengonsumsi makanan yang mengandung pati tahan cerna.

"Fokus kami adalah pisang. Kami sengaja memilih pisang, karena pisang adalah produk pangan lokal yang bisa didapat dengan mudah dan tidak kenal musim, sehingga pisang menjadi alternatif dalam bidang pangan," katanya.

Apalagi, dari segi harga, pisang bisa dikatakan memiliki harga yang terjangkau bagi banyak kalangan. "Ini juga meningkatkan nilai tambah produk pangan Indonesia yang bisa diekspor. Umumnya, pisang dikenal hanya dalam bentuk selai pisang, keripik pisang, atau pisang goreng. Pisang memang produk asli Indonesia yang kaya manfaat," katanya.

Agar memiliki kandungan pati yang tinggi, pisang muda diolah terlebih dahulu menjadi tepung pisang. "Jika diolah menjadi tepung pisang, bisa diolah menjadi bahan dasar makanan, misalnya cookies, cake, pasta, atau mungkin mie," ujarnya tentang jenis makanan yang bisa dihasilkan dari tepung pisang.

Mahasiswa semester 7 yang sedang menyusun skripsi itu menganggap bahwa pisang adalah komoditas hortikultura yang memiliki diversifikasi pangan yang cukup tinggi di Indonesia dan mengandung bioaktif, karena selain mengandung pati tahan cerna ternyata pisang juga mengandung antioksidan.

"Badan Pusat Statistik juga menyatakan pisang menjadi bahan pangan komoditas ekspor yang menyumbang sekitar 30 persen dari total ekspor buah di Indonesia," katanya.

Terobosan ketiga mahasiswa WM itu membuat mereka menjadi juara 1 dalam "11th National Student Paper Competition" yang diadakan oleh Institut Pertanian Bogor pada 28 September 2013. Mereka mengambil topik "Breakthrough in Food Technology: Banana Against Coronary Heart Disease".

Yuk gabung dengan komunitas produk Indonesia dengan memfollow @minesiastore

Sunday 8 December 2013

Balada Kereta Indonesia

Kereta produksi PT INKA 



Ironis itu sederhana bagi bangsa ini, selain digempur oleh produk impor, bangsa ini juga layu akan kebanggaan berbangsa dan bernegara. Cinta tanah air hanya sekadar konsep yang dipelajari di buku-buku sekolah. Penerapan dari apa yang dipelajari dibuku nyaris luntur dan tinggal kenangan. Sebuah kesempurnaan untuk menasbihkan sebuah kehilangan identitas bangsa.

Dan keadilan itu bisa datang dari mana saja, ketika bangsa ini mengagungkan bangsa asing, beberapa bangsa asing justru bergantung dengan bangsa ini. Ya, PT Wijaya Karya (persero) dan PT INKA (Persero) membuat mimpi akan kejayaan bangsa seperti diera kerajaan Majapahit seperti dirintis kembali. Keduanya berhasil membangun kepercayaan dinegeri nun jauh disana, Afrika Selatan.  PT Wijaya Karya (persero) terlibat membangun 2.000 unit rumah tapak di Afrika Selatan, dan pemerintah Afrika Selatan juga menunjuk PT INKA (Persero) untuk membuat gerbong kereta api penumpang dan barang.

Kebijakan yang diambil oleh pemerintah Afrika Selatan adalah sebuah cikal bakal untuk merintis program angkutan berbasis kereta api. Pemerintah Afrika Selatan meyakini moda transportasi kereta api jauh lebih murah dan cepat dengan harga perawatan jauh lebih rendah dibandingkan dengan jalan raya. Untuk memuluskan aksi kerja sama ini, ada beberapa syarat yang diminta oleh pemerintah Afrika Selatan. INKA diharapkan bersedia transfer teknologi kepada Afrika Selatan.

Nantinya  kandungan lokal gerbong kereta api yang dibuat harus lebih tinggi bila dibandingkan yang INKA buat. Jadi kandungan lokal dari Afrika Selatan itu harus tinggi, Indonesia misalnya 70:30. Kemudian INKA juga harus transfer teknologi sebagai beberapa syarat yang diajukan pemerintah Afrika Selatan.

Pemerintah Afrika Selatan punya alasan sendiri mempercayakan pengadaan transportasi pada Indonesia. Salah satunya lantaran banyak mobil yang digunakan di Afrika, didatangkan dari Indonesia. Jalanan Afsel itu penuh dengan mobil dari Indonesia. Contohnya tahun lalu Inova disana ada 18.000 dan Avanza ada 48.000.

PT INKA Madiun sdh membuat gerbong & lokomotif KA utk Bangladesh, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, Iran, Australia yang ironisnya PT KAI mengimpor kereta bekas dari Jepang, Ya sebuah "keadilan" yang dipertanyakan.

 Yuk follow gerakan cinta produk Indonesia dengan follow twitternya @minesiastore

Bendung Raknamo Yang Tak Sekedar Kado

Bendungan Raknamo (Detik.com) Selasa 9 Januari 2018menjadi hari spesial bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur, karena selain kunjungan p...