Friday 4 April 2014

Kemiri Sunan, Tanaman Asli Indonesia Yang Menghijaukan Tambang


Setelah habis dikeruk, siapa bilang lahan bekas tambang tidak bisa lagi menghasilkan rupiah. Tanaman kemiri sunan, akan mengubah lahan mati itu menjadi ladang investasi yang menjanjikan. Hasil penelitian Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian membuktikan, tanaman kemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) dapat tumbuh subur dan berkembang cepat di lahan bekas galian tambang. Uji coba penanaman di lahan bekas tambang timah di Pulau Bangka, menunjukkan tingkat vegetatif atau kemampuan tumbuh kemiri sunan sangat bagus, tidak berbeda dengan penanaman di lahan lainnya.

“Dari hasil uji coba itu, kita berani menyodorkan kemiri sunan sebagai solusi untuk menghijaukan kembali lahan-lahan bekas tambang yang terbengkalai, sekaligus menjadi sumber pasokan diversifikasi bahan baku penghasil bahan bakar nabati yang ramah lingkungan,” ujar Kepala Badan Litbang Pertanian Dr Haryono kepada Majalah Sains Indonesia di sela kunjungan lapangan di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri (Balittri) Sukabumi, Jawa Barat, belum lama ini.

Haryono menjelaskan, penanaman kemiri sunan di Bangka dilakukan secara bertahap, pada tahun 2011 di lahan seluas 10 ha dan pada pertengahan 2013 di lahan seluas 5 ha. Di setiap ha lahan dapat ditanam 100 - 150 pohon. Tanaman kemiri sunan yang dikembangkan adalah hasil teknologi pemuliaan oleh peneliti-peneliti Balitbang Pertanian, umur 4 tahun sudah bisa berbuah.

“Jadi, tidak perlu menunggu sampai lima atau tujuh tahun, seperti perkiraan sebelumnya. Masa produktivitas kemiri sunan juga panjang, sampai 50 tahun. Bahkan, peneliti kami memperkirakan bisa sampai 100 tahun. Tanaman ini berbuah tidak mengenal musim. Ini sungguh investasi yang menjanjikan, karena kita cukup menanam satu kali dan hasilnya bisa dipanen sepanjang masa,” kata Haryono.

Keunggulan lain kemiri sunan berdasarkan penelitian Balitbang Pertanian, sejak awal berbuah hingga umur 8 tahun produktivitasnya bisa mencapai 18 ton per ha per tahun. Hasil panen biji ini setara dengan 6- 8 ton minyak per ha per tahun dengan rata-rata rendemen minyak kasar 42 persen dan rendemen biodiesel sekitar 88 persen.

Yuk gabung dengan gerakan cinta Indonesia dengan follow twitter kami : @minesiastore

No comments:

Bendung Raknamo Yang Tak Sekedar Kado

Bendungan Raknamo (Detik.com) Selasa 9 Januari 2018menjadi hari spesial bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur, karena selain kunjungan p...