Friday, 4 December 2015

Samsung Membuat Sejarah di Indonesia


Merilis data tahun ini, Samsung membuat gebrakan dengan membuat Samsung Galaxy S6 dan Edge 6. Yang lebih istimewa dan menjadi sejarah adalah sebagian dari handphone tersebut diproduksi Samsung di Indonesia. Dan semua hasil dari produksi tersebut akan dipasarkan di Indonesia sendiri. Hal ini diamini oleh Vice Presiden Corporate Samsung Indonesia Lee Kanghyun ketika diwawancarai beberapa waktu yang lalu.

Hal yang bersejarah ini tentunya akan menjadi perihal baik, mengingat bagaimana besarnya impor elektronik yang begitu besar masuk ke Indonesia . Patut disyukuri namun dibalik itu semua Lee Kanghyun sendiri justru meragukan bagaimana respon pasar domestik Indonesia akan hasil produksi didalam negeri, karena menurut Lee respon publik dalam negeri relatif cendrung negatif terhadap produksi dari Indonesia sendiri. Kekhawatiran Lee sendiri muncul walau produk Samsung terbaru ini sudah mengadopsi teknologi canggih seperti prosesor 64-bit Exynos 7420, pemindai sidik jari, dan kamera 16 megapikdel dengan optical image stabilizier dan kapasitas media internal 32 GB untuk Samsung Galaxy S6 dan 64 GB untuk Samsung Galaxy Edge 6.

Samsung Indonesia

Pabrik samsung di Indonesia berdiri sejak 1991 berlokasi di kawasan industri Cikarang, Jawa Barat. Di tempat ini, Samsung Indonesia memiliki beberapa kompleksperakitan dibidang elektronik seperto TV dan perangkat audio videonya yang lain.
Kini Samsung pun telah mengikuti anjuran pemerintah mengenai besaran TKDN yang wajib dipenuhi oleh produsen telepon genggam yang produksinya beredar di Indonesia. Untuk itu Samsung pun mulai membuat ponsel dipabrik yang sama per Januari tahun 2015 ini. walaupun biaya yang mahal dibandingkan impor langsung.

Galaxy S6 dan Galaxy Edge 6 hadir di Indonesia per 8 Mei Kemarin, bertempat di Mal Gtand Indonesia Jakarta dan Sun Plaza, Medan. Harganya sendiri dibandrol kisaran Rp 9,5 juta sedangkan Galaxy Edge S6 harganya mencapai kisaran Rp12,5 juta.

Rencana Samsung untuk memperbesar nilai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) patut diapresiasi namun seringkali birokrasi yang rumit disertai pungutan liar yang merajalela membuat harga yang cenderung membengkak akibat "tambahan" dari biaya produksi ini. Padahal apabila dapat dihilangkan bukan tak mungkin akan meningkatkan produksi lokal yang berdaya saing global. Mengingat kondisi ekonomi yang tak pasti ini tak ada salahnya pemerintah ikut membenahi birokrasi yang membuat harga produksi tinggi.

Salam Cinta Indonesia


No comments:

Bendung Raknamo Yang Tak Sekedar Kado

Bendungan Raknamo (Detik.com) Selasa 9 Januari 2018menjadi hari spesial bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur, karena selain kunjungan p...