Wednesday 12 February 2014

Cinta Indonesia Melalui Bus


Tak usah jauh-jauh berpikir bagaimana cara berperang dengan negara lain hanya karena protes nama kapal di negara tersebut, karena selain peralatan perang tak lengkap, sekutu untuk berperang pun tak ada. Ditambah tak mandirinya bangsa dalam memproduksi segala macam hal, bisa jadi bangsa ini kalah sebelum genderang perang berbunyi. Sekarang berpikirlah bagaimana cara agar menjadi bangsa mandiri melalui bus, ya bus kini menjadi semacam panji untuk mengerus kekuasan di Ibukota.

Alkisah pemerintah DKI Jakarta melalui tender yang bisa dipertanggungjawabkan  meyerahkan paket pengadaan Bus TransJakarta kepada para pemenangnya. Ajaibnya kelima-lima paket tender yang dimenangkan, semuanya memilih bus yang di impor dari China. Ada yang bermerek Zhongtong, Yutong, Ankai dan BCI Bus, terakhir Bus dari pabrikan Ankai yang terdapat berbagai macam kerusakan seperti komponen berkarat, berjamur dan beberapa instalasi tak dibaut, bahkan tidak ada fan belt mesin. Bisa dibayangkan jika anda naik bus dengan kondisi tersebut saat kondisi jalan seperti di Jakarta.

Bus itu harusnya "baru" karena syarat tender itu mengharuskan bus tersebut baru, harus kuat untuk bergemuruh dipadatnya jalanan ibukota, bukan cuma setahun tapi diatasnya, ini kualitas bus diminta pimpinan di ibukota. Bus itu dipesan jauh di China naik kapal dengan ombak yang menemani tapi ombak juga yang disalahkan karena bus berkarat, aneh diatas kapal dan tertutup tapi karatan, sungguh bus murah memang meragukan.

Cinta Indonesia, Cinta Bus Lokal?

Jauh sebelumnya TransJakarta sempat menimbulkan optimisme kebangsaan, kenapa? karena sejak tahun 2009 produk-produk dalam negeri menghiasi jalur busway, ada dari PT INKA dan PT AAI yang tak seratus persen Indonesia tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan persentas lokal yang diwajibkan pemerintah untuk dibeli dan dipasarkan sebagai bus lokal.

Tahun 2013 lalu PT INKA selaku peserta tender pengadaan bus TransJakarta ternyata kalah oleh peserta tender yang mengedepankan bus China, masalah harga menjadi alasan kenapa bus lokal "ditendang".  Bus lokal dianggap kemahalan kurang kelas padahal bus China sendiri sudah mendapat catatan yang tak baik ketika Zhong Thong bus dioperasika 3 bulan kemudian masalah mesin menerpa, salah siapa selanjutnya.

BUMN lain yang jadi peserta tender pengadaan TransJakarta seperti perum Damri rupanya emoh menggunakan bus lokal dari Bumn sendiri PT INKA. Pt Damri lebih suka produk China tak tanggung-tanggung ada 66 unit bus gandeng yang dipesan dari negeri tiongkok sana.

Bisa dibayangkan jika bus Transjakarta menggunakan bus lokal, bayangkan  3000 unit ini akan dibeli dari pabrikan lokal , akan membuka lapangan pekerjaan karena pastinya pabrikan lokal akan menambah kapasitas produksi hal ini tentu didukung pemerintah pusat yang menambah dana perluasan pabrik produksinya serta pemerintah daerah yang memesannya.

Sayang baik pemerintah yang dipusat, daerah dan sebagian masyrakatnya terjebak dari aturan yang membuat hilang identitas kebangsaan. Jika bus barunya China seperti ini bagaimana kereta Monorelnya nanti...Salam tepok jidat dan salam Cinta Indonesia.

Gabung dengan gerakan peduli produk Indonesia dengan follow @minesiastore

No comments:

Bendung Raknamo Yang Tak Sekedar Kado

Bendungan Raknamo (Detik.com) Selasa 9 Januari 2018menjadi hari spesial bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur, karena selain kunjungan p...