Indonesia negeri yang terletak didua benua dan dua samudera, sebuah anugerah namun dibalik keanugerahan itu. Indonesia rawan dengan potensi bencana yaitu pergesaran lempeng bumi. Pergeseran ini menyebabkan timbulnya berbagai macam gunung berapi. Dan dapat dipastikan gempa menjadi bagian dari aneka ragam gunung api. Srtuktur tanah yang labil dapat juga menjadi sebuah petaka yaotu longsor. Semakin susah jadinya unutk mendiami ibu pertiwi, namun sebagai bagian dari usaha untuk bertahan seorang anak bangsa berhasil melahirkan karya inovasi alat deteksi dini longsor yang semakin mendapat pengakuan dari dalam dan luar negeri setelah berhasil memberi peringatan pada masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor. Seperti kejadian di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah pada November 2007, sirene alat ini berbunyi sekitar empat jam sebelum bencana longsor merusak beberapa rumah.
“Kala itu, alat ini berhasil menyelamatkan 30 penghuni rumah. Di daerah itu, alat tersebut dipasang untuk memantau regangan tanah maksimal 5 cm sehingga ketika hujan lebat datang dan retakan tanah melebar sejauh 5 cm, sirene pun berbunyi. Warga penghuni rumah sontak menyelamatkan diri sebelum longsor terjadi,” kata Teuku Faisal Fathani ST, MT, PhD, penemu alat pengintai longsor yang diberina nama Gama EWS (early warning system) kepada Majalah Sains Indonesia, di Jakarta, baru-baru ini.
“Setelah longsor, masyarakat berusaha sekuat tenaga untuk menemukan alat tersebut. Masyarakat berhasil menemukannya kembali dan ingin menyimpannya karena alat ini telah menyelamatkan nyawa mereka,” Faisal menuturkan.
Hingga saat ini diakui Faisal alat tersebut sudah mendapatkan lima hak paten dari inovasi pengembangan alat tersebut sejak dibuat 2003. Bahkan sejak 2007, lebih dari 100 unit alat deteksi dini longsor telah dipasang di daerah-daerah rawan longsor di Tanah Air.
Dalam hal penanggulangan dini bencana tersebut, ia bekerja sama dengan sejumlah lembaga dan kementerian. Kerja sama dijalin, antara lain dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, International Consortium on Landslides (ICL-UNESCO), sejumlah pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan beberapa perusahaan pertambangan dan perminyakan.
Dukung terus produk dalam negeri dengan follow @minesiastore
No comments:
Post a Comment