Monday 8 April 2013

Dari Kudus dan Semarang, Made In Indonesia Mengejar Bangsa Jepang



Mungkin namanya kebarat-baratan, tebakan anda antara campuran Jepang dan sedikit kebarat-baratan, namun tunggu dulu dibalik namanya yang kebarat-baratan terselip nama PT. Hartono Istana Teknologi, ya PT. Hartono Istana teknologi melahirkan Polytron untuk terbang tinggi dengan rasa Indonesia.

Keindonesiannya tak perlu diragukan, dengan mempunyai manufaktur di kudus dan semarang jelas betapa kentalnya kebanggaan sebagai satu-satunya produk elektronika asal Indonesia.

Pada 6 Mei 1975, pemilik pabrik rokok PT Djarum, Hartono mendirikan perusahaan bernama PT Indonesian Electronic & Engineering dengan modal disetor Rp 50 juta, untuk memproduksi barang elektronik. Waktu itu, perusahhaan sejenis sudah banyak yang lahir dan boleh dikata sudah berkembang lebih dulu.

Sejak awal, pendirinya langsung mencanangkan, kelak industrinya ini harus mandiri, kendatipun tidak punya pengalaman di bidang industri elektronik. Tekad itu pula membuat pemilik usaha ini pun sejak awal enggan melibatkan modal asing. Karena itulah, perusahaan ini tidak memiliki prinsipal, sehingga perusahaan tidak perlu membayar royalti dari setiap unit produk yang dihasilkan dan dijualnya.

Tak punya dasar elektronika, grup Djarum merekrut 14 orang wanita untuk dilatih menyolder agar dapat membuat sebuah produk. Diimpor produk komponen elektronika dari Belgia, jadilah TV dengan bentuk besar dengan salon suara yang terpisah, sehingga bentuk menjadi ekstra besar dari tv biasanya.

Anda bisa menebak reaksi pasar, TV yang seukuran lemari ini tak mendapat tempat di toko-toko Semarang dan Jakarta, malah sales penjual diusir, grup Djarum pun seakan gagal total bermain teknologi.

Gagal tak berarti putus asa, justru kegagalan menjadi awal untuk mendapatkan hasil yang baik, niat perusahaan rokok untuk belajar elektronika patut diacungkan jempol.

Setir dibanting, dan arah haluan pun berubah. Dibeli lagi komponen-komponen produk-produk televisi dari Hongkong. Mulailah dirakit TV hitam-putih 20 inci. Saat yang sama, perusahaan mulai membentuk lembaga riset dan pengembangan yang kemudian membuat PT Hartono Istana Electronics (tahun 2000 berubah nama menjadi PT Hartono Istana Teknologi) menjadi manufacturer yang menciptakan sendiri disain produknya (self design product).

Alih teknologi televisi juga didapat dari kerjasama mereka dengan perusahaan televisi Salora dari Finlandia (saat ini bernama Nokia). Bahkan mereka mampu menghasilkan televisi dengan daya 20 watt saja, yang diklaim sebagai yang pertama di dunia. Kini selain pasar Asia, Polytron sudah menembus Eropa dan Australia.

Kisah Polytron ini bisa menunjukkan bukti bahwa karya bangsa Indonesia sebenarnya bisa bersaing dan menembus dominasi Barat, Jepang, atau Korea yang sudah lebih dulu mapan teknologi elektronika. Hal yang seakan tak pernah terpikirkan ketika produk luar menjajah paradigma tentang produk elektronika berkualitas.


Kami sedang menggalakkan cinta produk Indonesia : @minesia_store

2 comments:

Anonymous said...

Aku baru tau kl polytron itu produk lokal dr 2 tahun terakhir ini hahaha

Made In Indonesia said...

iya kita sering terkecoh nama yang seperti dari luar negeri

Bendung Raknamo Yang Tak Sekedar Kado

Bendungan Raknamo (Detik.com) Selasa 9 Januari 2018menjadi hari spesial bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur, karena selain kunjungan p...